cursor

Cool Blue Outer Glow Pointer

Friday, 19 April 2013

Dampak Negatif Menonton Televisi Pada Psikologis Anak


KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat  Tuhan Yang Maha Kuasa berkat rahmat-Nya dan kerja keras penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
            Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas dari dosen mata kuliah pengantar psikologi sebagai tugas pembahasan antara teknologi dan psikologi. Makalah ini berisikan pembahasan mengenai teknologi (TV) yang memberikan dampak negatif pada perilaku anak dari sudut pandang psikologis.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Teknologi pada zaman sekarang berhubungan erat dengan manusia. Bahkan tanpa hadirnya teknologi sehari saja bisa menimbulkan perasaan yang tidak mengenakkan, khususnya televisi, telepon genggam ataupun laptop. Kali ini pembahasan adalah mengenai dampak menonton televisi terhadap perilaku seorang anak. Setiap hari, anak-anak pasti memiliki waktu atau sengaja meluangkan waktu untuk menonton tv. Baik sebelum sekolah, sepulang sekolah, ataupun malam hari sebelum tidur. Yang ditonton dapat berupa acara anak seperti kartun, atau film keluarga. Isi dari acara yang ditayangkan beragam. Menurut sebuah studi oleh Eron (1992), 20% dari program acara tv mengandung kekerasan. Anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan dan pencarian jati diri cenderung sangat mudah dipengaruhi, terutama oleh orang yang dekat atau disukainya. Permasalahan yang sering muncul sekarang yaitu bahwa perilaku anak zaman sekarang yang sudah berubah, cenderung lebih agresif dan tidak sopan. Perubahan tersebut terjadi seiring berkembangnya teknologi, khususnya televisi dan program-program acara yang ditayangkan.


1.2  RUMUSAN MASALAH
-          Apakah ada hubungan menonton televisi dengan perilaku anak?
-          Apakah perilaku anak yang cenderung lebih agresif dikarenakan menonton acara televisi yang mengandung kekerasan?
-          Adakah ada upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif yang muncul karena menonton televisi?

1.3  TUJUAN DAN MANFAAT  
1.3.1        Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh atau dampak nyata dari menonton televisi terhadap perilaku anak di jaman kemajuan teknologi ini.

1.3.2        Manfaat
Peniliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat pada masyarakat khususnya orang tua agar mengetahui bahwa menonton televisi dapat memberikan dampak dalam perilaku anak yaitu meningkatnya perilaku agresif anak. Peneliti berharap dengan orang tua mengetahui hal tersebut maka dapat mengambil sikap yang baik untuk mencegah perkembangan kepribadian anak yang buruk.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif adalah teori belajar selain operant conditioning ,dimana teori ini menyatakan proses belajar yang melibatkan proses mental, seperti perhatian dan memori. Teori ini menekankan pada terjadinya proses belajar melalui proses obervasi, imitasi atau proses lain yang tidak melibatkan adanya stimulus atau reinforcer seperti reward atau punishment. Ada beberapa tokoh yang teorinya memiliki dasar teori belajar kognitif.

2.2  Latent Learning
Teori ini dinyatakan oleh Tolman, yang menyatakan bahwa suatu pembelajaran terjadi, namun tidak akan terlihat tanpa adanya reinforcement.

2.3  Modeling
Modeling adalah proses belajar berdasarkan obersavasi perilaku orang lain. Teori ini dikeluarkan Albert Bandura yang juga disebut social cognitive learning. Teori ini muncul berdasarkan penelitian dengan boneka yang terkenal dengan nama Bobo doll. Dalam penelitiannya, sekelompok anak diperlihatkan film dengan aksi menendang, memukul dan menduduki bobo doll, sedangkan sekelompok yang lain tidak. Setelah itu, kedua kelompok anak ditinggalkan dalam satu ruangan hanya dengan satu boneka bobo doll. Hasil penelitian menyatakan bahwa anak yang diperlihatkan aksi kekerasan juga akan menirukan aksi kekerasan dari film tersebut, tapi tidak oleh anak yang tidak diperlihatkan. Bandura menyatakan bahwa anak-anak akan menjadi lebih agresif dan tidak takut sebagai akibat dari modeling film yang ditontonya.

Proses modeling yang terjadi juga melalui beberapa tahap:
1.      Attention
Observer harus memberikan perhatian pada si pelaku merupakan proses awal dapat terjadinya modeling.
2.      Memory
Hal-hal yang diperhatikan tadi harus diingat terlebih dahulu dalam memori, agar kemudian dapat dipanggil kembali.
3.      Imitation
Observer harus bisa menggunakan kembali informasi yang telah disimpan tadi dalam mengimitasi perilaku tersebut.
4.      Motivation
Dalam melakukan imitasi perilaku, perlu adanya motivasi sehingga modeling terjadi secara keseluruhan.
Hal ini sejalan dengan teori Latent learning yang dikemukakan Tolman.

BAB III
PEMBAHASAN



Peran media terhadap perkembangan anak semakin besar seiring dengan kemajuan bidang teknologi. Salah satu media yang sangat berpengaruh pada perkembangan adalah televisi. Anak-anak lebih sering menghabiskan waktunya untuk menonton televisi. Padahal, acara yang disiarkan cenderung manipulatif dan kadang memperlihatkan sesuatu yang tidak pantas dilihat anak-anak.
Berdasarkan hasil riset University of Otago di Selandia Baru yang dilandasi observasi terhadap pertumbuhan seribu anak yang lahir di kota Dunedin, Selandia Baru pada 1972-1973, Bob Hancox dan timnya menemukan bahwa risiko anak itu akan didakwa terlibat tindakan kriminal pada saat beranjak dewasa meningkat 30% untuk setiap jam yang dihabiskan anak itu di depan televisi pada hari biasa. Penelitian itu juga menemukan bahwa banyak menonton televisi di masa kecil diasosiasikan dengan ciri kepribadian agresif ketika dewasa, meningkatkan kecenderungan mengalami emosi negatif, dan kenaikan risiko kelainan kepribadian antisosial. Gangguan kejiwaan ini ditandai dengan pola perilaku antisosial dan agresif yang persisten.

Tingginya pengaruh buruk televisi bagi perkembangan anak membuat orang tua diwajibkan untuk selalu mendampingi dan mengawasi setiap kali anak menonton televisi. Sayangnya, sangat jarang orang tua yang bisa melakukan tugas ini dengan baik terkait kesibukan di luar rumah. Akibatnya, anak akan menyaksikan acara apapun yang menurutnya menarik untuk ditonton.

Dalam satu minggu, anak bisa menghabiskan lebih dari 24 jam untuk menonton televisi. Apa saja yang dipelajari anak dalam rentang waktu itu? Tentu saja apa yang dilihat akan dianggap sebagai pembenaran. Misalnya, anggapan bahwa kekerasan mampu menyelesaikan masalah, bahwa bertengkar menjadi suatu hal yang luar biasa dan terlihat keren. Selain berdampak pada perubahan perilaku seara psikologis, anak cenderung menutup diri dari dunia luar dan lebih tertarik untuk duduk di depan televisi tanpa diganggu dan akhirnya anak akan kehilangan semangat bergaul dengan teman dan juga malas berolahraga.

Menonton televisi harus dikurangi karena beberapa hal:
1. Menonton televisi berpengaruh pada perkembangan otak.
 Pengaruh menonton televisi pada anak dibedakan berdasarkan tingkatan umur. Bagi anak berusia 0-3 tahun,  televisi dapat mengakibatkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca secara verbal maupun pemahaman, dan menghambat kemampuan berekspresi melalui tulisan. Pada anak usia 5-10 tahun, televisi dapat meningkatkan agresivitas serta kekerasan dan tidak mampu membedakan kenyataan dan khayalan.

2. Menonton televisi mendorong sifat konsumtif.
 Menonton televisi bagi anak-anak memang terlihat menarik. Selain karena acara televisi yang dihadirkan, berbagai sajian iklan yang dimuat dalam setiap tayangan televisi juga mampu menarik perhatian mereka. Berbagai iklan produk di televisi benar-benar mudah merasuki pikiran anak. Anak merupakan target pengiklan yang paling utama. Anak-anak cenderung tergiur untuk memiliki produk-produk seperti yang diiklankan. Hal ini tentu saja akan membuat anak menjadi konsumtif.

3. Menonton televisi berpengaruh terhadap sikap.
 Pada dasarnya, anak belum bisa membedakan hal baik dan hal buruk. Anak-anak cenderung akan mencontoh segala hal yang dilihatnya, termasuk tontonan di televisi. Akhirnya, mereka yang hobi menonton televisi akan berpikir bahwa semua orang memiliki sifat sama seperti ditampilkan di televisi. Hal ini tentu saja mempengaruhi sikap anak dan bisa terbawa hingga dewasa.

4. Menonton televisi mengurangi semangat belajar.
 Bahasa televisi memang terkesan lebih simple dan memikat. Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan buku pelajaran yang terkesan sangat kaku dengan penggunaan bahasa ilmiah. Akhirnya, menonton televisi banyak menghasilkan "bahasa televisi" yang nantinya akan membuat anak ketagihan dan malas belajar karena mereka lebih memilih melakukan hal simple.

5. Menonton televisi membentuk pola pikir sederhana.
 Akibat sering menonton televisi, anak akan kehilangan minat membaca sehingga mereka memilih pola pikir sederhana, kurang kritis, dan linear atau searah. Pada akhirnya, pola pikir tersebut akan berpengaruh pada imajinasi, intelektualitas, kreativitas, serta perkembangan kognitif anak.

6. Menonton televisi akan berakibat pada konsentrasi
 Anak hanya memiliki rentang konsentrasi sekitar 7 menit. Rentang waktu ini sama persis seperti acara dari iklan ke iklan. Hal inilah yang akan membuat konsentrasi anak menjadi terbatas jika mereka menonton televisi terlalu sering dan dalam waktu yang lama.

7. Menonton televisi akan mengurangi kreatifitas.
 Televisi membuat anak-anak menjadi kurang bermain sehingga mereka akan menjadi manusia yang individualis. Ketika merasa bosan, mereka tidak akan keluar untuk bermain dengan teman-temannya. Yang mereka lakukan hanya memencet tombol remote control untuk mendapat hiburan. Bahkan akhir pekan pun dihabiskan untuk menonton televisi. Cara ini tentu saja akan membuat anak tidak kreatif.

8. Menonton televisi meningkatkan kemungkinan obesitas.
 Menonton televisi tentu saja membuat anak tidak bergerak aktif. Terlebih, menonton televisi selalu ditemani dengan jajanan atau makanan lain. Akhirnya, mereka hanya berdiam di depan layar seraya mengisi perut dengan jajanan. Cara makan seperti ini hanya akan menurunkan metabolisme sehingga membuat timbunan lemak yang berujung pada kegemukan.

9. Menonton televisi dapat merenggangkan hubungan antar keluarga.
Anak rata-rata menghabiskan waktu sekitar 3 jam per hari. Hal ini tentu saja akan mengurangi kebersamaan antar anggota keluarga. Bahkan, waktu makan yang seharusnya dilewati bersama keluarga akan menjadi agenda sendiri-sendiri karena anak lebih memilih makan di depan televisi sambil menonton.

Dengan banyaknya dampak buruk, tidak sedikit keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas televisi. Sangat penting untuk anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk sukses di masa yang akan datang.
Untuk menghindari dampak negatif yang ditimbulkan akibat menonton televisi, orang tua harus mengawasi tontonan untuk anaknya. Sebaiknya tidak menonton acara televisi yang mengadung unsur kekerasan atau unsur negatif lainnya.

Berikut ini beberapa cara untuk mengurangi kegiatan menonton televisi:
1. Bercocok tanam
2. Bermain di luar rumah bersama teman
3. Berolahraga (berenang, bersepeda, bermain sepak bola dan sebagainya)
4. Belajar

Akhir kata, menonton televisi tidak selalu membawa dampak negatif, tetapi lebih baik menghindari menonton televisi berlebihan mengingat beberapa dampak negatif yang telah disebutkan diatas.



BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
             Menonton televisi ternyata berpengaruh dalam perilaku anak. Program TV yang mengandung unsur kekerasan dapat ditiru anak terutama dengan proses belajar modeling. Anak cenderung mengikuti dan meniru apa yang ditontonnya.

4.2 SARAN
            Dalam menonton televisi anak-anak sebaiknya dibimbing orang tua. Dengan kata lain, orang tua menemani anak menonton televisi. Selain itu, program acara TV yang ditonton sebaiknya dikontrol dan dipilih. Anak-anak sebaiknya tidak menonton program acara televisi yang mengandung unsur kekerasan atau unsur negatif lainnya.
           
DAFTAR PUSTAKA
Lahey, Benjamin B. 2007. Psychology An Introduction. New York: McGraw-Hill
Plotnik, Rod. 2005. Introduction to Psychology. Seventh edition. USA : wadsworth Thomson Learning
King, Laura A. (2010). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.

No comments:

Post a Comment